Kamis, 24 November 2016
Mainkan Saja Peranmu. Tugasmu Hanya Taat kan?
Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan.
Rabu, 09 November 2016
Gemar Membaca
sebagian koleksi buku Arka dan Aya
Arka dan Aya waktu di Big Bad Wolf JX Surabaya
Dari artikel yang ditulis di parenting bersama Elly Risman Family, usia matang anak untuk belajar membaca adalah 7 tahun. Bisa kurang sih. Semua kan kembali ke kemampuan masing-masing anak yang tentu saja berbeda. Hanya saja usia yang paling pas adalah 7 tahun dengan pertimbangan kematangan otak dalam mengenali huruf-huruf. Sebagai perbandingan saja, anak belajar sholat dari umur 7 tahun. Perlu digarisbawahi ya. Be-la-jar. Dikhawatirkan, jika anak terlalu dini 'dipaksa' dalam belajar membaca kelak anak akan bosan dan 'hanya' bisa membaca alih-alih gemar membaca. Lain halnya kalo anak belajar membaca karena senang, kelak ia akan gemar membaca karena membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Dan saya sependapat dengan artikel tersebut.
Sabtu, 23 Juli 2016
Dua Tahun Kepergian Ibu
Hari ini tepat 2 tahun kepergian ibu menurut kalender masehi. Masih saja ingin menangis tiap kali saya mengingat ibu. Masih saja merasa bahwa waktu yang saya miliki bersama ibu di dunia terlalu singkat. Masih saja merasa kangen, karena terakhir saya bertemu ibu dalam keadaan sehat adalah 3 minggu sebelum kepergiannya. Istighfar.
Semakin hari, semakin banyak kebaikan ibu yang saya ingat. Ibu cukup keras dalam mendidik saya. Bahkan di saat yang berat pun, ibu tetap tidak memanjakan saya. Dan manfaatnya sangat saya rasakan sekarang setelah ibu tiada. Saat saya menjadi seorang istri dan ibu dari dua balita. Saat ini pun, ketika saya menghadapi saat-saat yang berat, saya jadi terbiasa untuk tidak mudah mengeluh. Bukan berarti saya strong dan tabah banget yaa. Masih suka mewek juga. Bangeet. Sampai termehek-mehek malah. Hanya saja tidak di depan orang lain. Saya bukan type orang yang suka curhat sambil nangis-nangis. Saya lebih suka nangis sendiri, terkadang di atas sajadah sambil berdoa. Habis itu plong. Mana ada sih, teman curhat yang lebih hebat dari Allah, dijamin bisa ngasih solusi pula. Subhanallah.
Jumat, 03 Juni 2016
Me as a Mother - Cinta Tanpa Syarat
Masih tentang Cinta Tanpa Syarat. Never ending topic kayaknya. Sebelumnya saya menulis tentang 'what to do' untuk menunjukkan cinta tanpa syarat pada anak-anak yang saya kutip dari artikelnya kang Adit. Sekarang saya mau menulis 'what to do' versi saya. Lebih tepatnya sih, What I've done :
- Sesering mungkin meluk anak-anak saya. Minimal dua kali sehari. Pagi dan malam saat mengantar dan menjemput mereka di rumah ibu pengasuhnya sambil saya bisiki bahwa saya menyayangi mereka.
- Sebelum tidur ada ritual 'say goodnight'. Peluk dan cium sambil ngasih afirmasi positif. Mama sayang mas Arka, mama sayang adek Aya, bla bla bla.
Rabu, 27 April 2016
Me as a Mother - Mother of 2
Setelah dikaruniai dua orang anak, saya jadi belajar bahwa ternyata bayi yang lahir dari rahim yang sama pun punya kebiasaan yang berbeda hingga perlu perlakuan yang berbeda. Dulu waktu Arka masih bayi, saat dia rewel, entah karena gerah, haus ataupun ngantuk, bisa ditenangin dengan dinenenin. Jadi kalo pas perjalanan jauh gak repot. Dinenenin aja uda aman sentosa deh. Tapi Aya berbeda, kalo dia rewel, harus ditenangin dulu dengan digendong, diajak ngobrol, baru mau nenen. Jadi kalo pas perjalanan jauh kadang agak repot. Kadang minta berdiri lah, tengkurap, duduk sendiri. Padahal ni bocil baru 8,5 bulan lo. ^_^
Selasa, 26 April 2016
Cinta Tanpa Syarat
Nggak sengaja nemu artikel ini pas blog walking. Suka banget ma isinya. Dari judulnya aja udah mengena. Cinta Tanpa Syarat. Pas banget, seperti yang pernah saya tulis disini. Saya pun ingin menjadi seorang ibu yang mencintai anak-anak saya tanpa syarat. Untuk itu saya perlu banyak belajar. Belajar untuk lebih memahami anak-anak saya. Memahami keinginan dan kebutuhan mereka. Memahami kemampuan mereka dalam belajar dan beradaptasi. Serta memfasilitasi kebutuhan mereka dalam proses bermain dan belajar.
Jumat, 01 April 2016
Mereka Yang Riya Atau Kita Yang Hasad
Image dari sini
Ada satu quote yang terasa menggelitik sanubari saya. Aish..bahasanya. Seiring makin berkembangnya media sosial, makin banyak orang yang memanfaatkannya untuk update status. Dari status yang paling simple, check in di suatu tempat sampai pamer foto-foto liburan yang wah atau ibadah di tanah suci. Garis bawahi ya, p a m e r.
Itu yang tadinya saya rasakan ketika ada orang yang update status sedang melakukan ibadah. Entah itu umroh, haji, sedekah, tasyakuran di panti dan semacamnya. Riya banget deh. Ibadah kan hablum minallah, kok pake diposting di media sosial segala sih. Bukankah tangan kanan memberi tangan kiri nggak boleh tau. Lha ini malah diposting di media sosial yang notabene bisa dibaca seantero jagad. Hadeeh..suudzon banget kan saya. Astaghfirulloh.
Langganan:
Postingan (Atom)