Pages

Selasa, 26 April 2016

Cinta Tanpa Syarat

Nggak sengaja nemu artikel ini pas blog walking. Suka banget ma isinya. Dari judulnya aja udah mengena. Cinta Tanpa Syarat. Pas banget, seperti yang pernah saya tulis disiniSaya pun ingin menjadi seorang ibu yang mencintai anak-anak saya tanpa syarat. Untuk itu saya perlu banyak belajar. Belajar untuk lebih memahami anak-anak saya. Memahami keinginan dan kebutuhan mereka. Memahami kemampuan mereka dalam belajar dan beradaptasi. Serta memfasilitasi kebutuhan mereka dalam proses bermain dan belajar.


Buat saya anak-anak adalah amanah. Amanah terindah yang dianugerahkan Allah pada saya. Amanah yang membuat saya insyaAllah lebih banyak bersyukur pada-Nya. Aamiin. Amanah yang insya Allah membuat saya banyak belajar untuk menjadi lebih baik.

Saya ingin anak-anak saya merasa dicintai tanpa syarat oleh saya, mamanya. No matter what. Saat mereka sukses ataupun gagal. Hingga mereka bisa menjadi diri mereka sendiri tanpa harus terbebani 'target' dari saya. Hingga mereka bisa belajar dan mencapai sesuatu karena mereka ingin, bukan untuk sekedar menuruti keinginan saya. Hingga akhirnya mereka akan selalu rindu untuk pulang ke rumah. Karena di rumah adalah tempat ternyaman di mana mereka akan selalu disambut hangat dalam suasana kekeluargaan. Aamiin.

Poin yang saya dapat dari artikelnya kang Adit *aiiiih..sok kenal :)* adalah,

What to Do?
1.    Setiap orangtua, wajar untuk memiliki ekspektasi. Setiap anak, wajar untuk menerima ekspektasi. Dalam porsi yang sehat, ekpektasi kita menjadi motivasi mereka. Dan sewajarnya, ekspektasi diberikan sejalan dengan pendidikan ahlak. Agar sang anak berusaha memenuhi ekspektasi itu, tidak dengan menghalalkan segala cara.
2.    Menunjukkan Cinta tanpa Syarat. Setelah 15 tahun, cerita teman saya baru menyadarkan saya akan pentingnya cinta tanpa syarat. Tidak perlu nilai 100 untuk menjadi syarat anak kita mendapatkan kasih sayang, peluk dan cium orangtua. Tidak perlu ranking 1 atau masuk sekolah atau universitas unggulan, untuk mereka mendapatkan tepukan bahu dan perkataan ‘itu baru anak bapak.
Saat anak-anak kita ujian, tatap mata mereka dalam-dalam dan berkata
“Bapak lihat kamu belajar keras sebulan terakhir. Usaha kamu sudah baik. Apa pun  hasilnya nanti, bapak tahu, itu sudah usaha terbaik kamu. I dont love you because you’re perfect. I love you because you to try your best to be perfect. Sekarang, berikan yang terbaik dalam ujianmu ya.”
3. Kita ganti ekspektasi kita dengan realitas.
“Nak, kamu kan jarang nih masuk 10 besar. Bentar lagi mau kuliah. Ni bapak kasih tau ya. jaman bapak, bapak saingan cari kerja sama 7 milyar orang. Jaman kamu, nanti kamu harus bersaing 9 milyar orang. Bapak sayang kamu apa adanya. Kamu mau jadi orang biasa, mau jadi orang pintar, kamu tetap anak bapak. But it really, really, really, really, really makes sense bagi kamu untuk serius belajar. Serius mikirin masa depan kamu.”
“Bapak di sini. kamu sukses, kamu gagal, bapak tetap di sini, ada untuk kamu. But It really really makes sense untuk kamu menggerakkan diri kamu untuk siap di masa depan. Demi kamu sendiri.”

Semoga saya bisa istiqomah dan terus membenahi diri agar bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak saya. Aamiin.

Tidak ada komentar: