Pages

Sabtu, 23 Juli 2016

Dua Tahun Kepergian Ibu



Hari ini tepat 2 tahun kepergian ibu menurut kalender masehi. Masih saja ingin menangis tiap kali saya mengingat ibu. Masih saja merasa bahwa waktu yang saya miliki bersama ibu di dunia terlalu singkat. Masih saja merasa kangen, karena terakhir saya bertemu ibu dalam keadaan sehat adalah 3 minggu sebelum kepergiannya. Istighfar.

Semakin hari, semakin banyak kebaikan ibu yang saya ingat. Ibu cukup keras dalam mendidik saya. Bahkan di saat yang berat pun, ibu tetap tidak memanjakan saya. Dan manfaatnya sangat saya rasakan sekarang setelah ibu tiada. Saat saya menjadi seorang istri dan ibu dari dua balita. Saat ini pun, ketika saya menghadapi saat-saat yang berat, saya jadi terbiasa untuk tidak mudah mengeluh. Bukan berarti saya strong dan tabah banget yaa. Masih suka mewek juga. Bangeet. Sampai termehek-mehek malah. Hanya saja tidak di depan orang lain. Saya bukan type orang yang suka curhat sambil nangis-nangis. Saya lebih suka nangis sendiri, terkadang di atas sajadah sambil berdoa. Habis itu plong. Mana ada sih, teman curhat yang lebih hebat dari Allah, dijamin bisa ngasih solusi pula. Subhanallah.

Ibu termasuk orang yang keras. Emosional. Mudah meledak-meledak. Tapi sangat pemaaf. Ibu mudah sekali memaafkan orang lain yang pernah menyakitinya. Bahkan saat orang tersebut minta bantuan, ibu dengan semangat akan menolongnya. Seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Ini yang terbalik dengan saya. Saya orangnya kalem. Tenang. Tapi setelah disakiti, saya lebih suka menghindar. Saya tidak mau jatuh di lubang yang sama. Apalagi oleh orang yang sama. Ibarat kertas yang sudah diremas, tidak akan kembali utuh. Halaah..sok puitis. Ngaku aja deh, berarti belum bisa ikhlas yee. *jadi malu* Semoga kelak saya bisa meniru sifat pemaaf ibu. Aamiin.

Ibu bukan pekerja kantoran. Murni Stay At Home Mom. Jadi masa kecil saya full saya habiskan di rumah bersama ibu. Pernah saat saya SMA kalo nggak salah, ibu nyambi jualan baju. Setelah itu off karena banyak saingan. Kemudian waktu saya kuliah, pasca bapak pensiun, sampai beberapa bulan sebelum kepergian ibu, ibu kerja di kantin pabrik dengan sistem on off setiap 6 bulan sekali. Sesuai dengan hobi ibu yaitu memasak. Ibu suka sekali memasak dan coba-coba resep baru. Ini yang ingin saya tiru. Masih on progress. Baru belajar. Ibarat sekolah, masih di tingkat PAUD lah. Hehee.. Saya ingin anak-anak saya menyukai masakan saya hingga jadi salah satu alasan mereka selalu ingin pulang. Seperti yang saya rasakan dulu. Aamiin ya Robb.

Satu hal yang belum bisa saya tiru dari ibu adalah menjadi Stay At Home Mom. Ini yang masih jadi dilema. Padahal dulu saya sangat menikmati moment ketika saya pulang ke rumah, terutama pulang sekolah, pasti ada ibu yang akan menyambut saya dan mendengar cerita-derita saya. Dan sekarang, anak-anak saya tidak bisa merasakan hal yang sama. *Mewek*

Saya ingat dulu waktu kecil saya suka tidur di rumah mbah. Menggelar tikar di lantai. Saat ibu meninggal, kerabat menginap di rumah dan kami menggelar kasur di lantai. Sempat terlintas di pikiran saya, kalo ada ibu pasti ibu sangat senang dengan suasana ini. Kemudian saya ingat, mereka semua ada di sini karena ibu tiada. *tears*

Banyak sekali kenangan saya tentang ibu. Seolah memenuhi sanubari hingga menyesakkan di dada. Namun saat ini saya ingin mengenang yang menyenangkan saja. Yang membuat saya ikhlas dan lebih banyak bersyukur pada Allah. Dan itu banyak sekali. Semoga bisa jadi amal jariyah untuk ibu. Aamiin. Buat saya, ibu adalah ibu terbaik yang dipilihkan Allah untuk saya. Hingga saya bisa seperti sekarang tentunya tak lepas dari doa-doa ibu semasa beliau masih hidup. Wallohualam bishowab.






Tidak ada komentar: