Pages

Senin, 03 November 2014

Mengenang Ibu


Sedianya mukena ini akan saya berikan pada ibu saat lebaran. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Ibu bahkan belum sempat melihatnya. Saya ingat betul saat pertama kali bertemu ibu di ruang ICU. Melihat kondisi ibu saya langsung tahu, bahwa ibu tidak mungkin memakai mukena pemberian saya saat lebaran nanti. Saat itu ibu masih kritis. Pikir saya mungkin nanti kalo lebaran haji. Ternyata saya salah. Besoknya ibu meninggal. Bahkan mukena yang saya pesen via online itu belum terkirim. Karena di hari yang sama ibu kecelakaan dan saya pulang ke Jombang.

Tapi bukan itu yang ingin saya kenang tentang ibu. Masih banyak kenangan lainnya yang lebih indah untuk saya kenang.

Ibu bukanlah sosok ibu yang sempurna. Banyak kekurangan seperti manusia pada umumnya. Tentu saja, karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Bagi saya, ibu adalah sosok yang sangat istimewa. Ibu bukan tipe orang penyayang dan sabar yang akan memeluk dan menghibur saya ketika saya sedih. Atau menguatkan saya ketika saya lemah dan merasa sendiri. Bahkan ketika saya sakit pun ibu tidak memanjakan saya dengan menemani saya setiap waktu. Ibu cukup membuatkan saya bubur, menyiapkannya di meja dan akan marah  kalo tidak saya makan. Apalagi kalo saya sampai lupa atau pura-pura lupa minum obat. It's a big no.

Pada awalnya memang tidak mudah. Karena saya termasuk orang yang manja dan lemah. Menurut penilaian saya sih. Namun pada akhirnya, hal itulah yang membuat saya belajar untuk kuat dan lebih mandiri.

Ibu adalah sosok yang pantang menyerah. Ibu tipe orang pekerja keras yang akan melakukan apa saja *dalam arti positif* untuk mencapai keinginannya. Mungkin karena itu juga saya bisa kuliah dan kakak bisa sekolah di SMF yang notabene membutuhkan biaya besar. Karena tidak sekali dua kali orang-orang terdekat meragukan kemampuan keuangan keluarga kami. Tapi ibu selalu meyakinkan bapak dan kami anak-anaknya bahwa kami pasti bisa. Dan benar. Di akhir cerita, saya dan kakak bisa sekolah dan bekerja sesuai keinginan ibu. Bagaimanapun doa ibu adalah doa yang mustajabah.

Awalnya saya sering menyesal karena waktu saya dan ibu di dunia sudah habis dan berandai-andai jika yang terjadi adalah sebaliknya. Ternyata hal itu dilarang dalam Islam dan hukumnya haram. Saya baru tau dari acara televisi 'Beriman' yang sering saya lihat sambil menunggu maghrib bersama Aya. Ada hadistnya lo.

"Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah. Jangan pula mengatakan: ‘Andaikan aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian’ namun katakanlah: ‘Ini takdir Allah, dan apapun yang Allah kehendaki pasti Allah wujudkan’ karena berandai-andai membuka tipuan setan.” (HR. Muslim 2664).

Langsung istighfar. Bagaimanapun semua terjadi atas kehendakNya. Tidak terbantahkan itu pasti yang terbaik. Sejak saat itu, tiap kali ingat ibu cukup saya kirim doa saja. Biar ibu tenang di alam sana, dan saya cukup menjalani hari-hari saya dengan bahagia. Sambil terus belajar dan berusaha memperbaiki diri agar menjadi anak solehah. Karena salah satu amalan yang tidak terputus dari orang yang sudah meninggal adalah doa anak soleh. InsyaAllah.



1 komentar:

Zata mengatakan...

aaa..terharu dan ikut sedih bacanya.., semoga ibu tenang di alam sana yaa.., aminnn...