Pages

Jumat, 14 Februari 2014

Belajar Dari Ata

Seorang anak yang kemampuan memahaminya lambat (tapi jujur), untuk memahami rumus pitagoras saja, dia butuh belajar bermalam2, berlatih soal berpuluh2 banyaknya, dibantu guru, orang tua, lama sekali. Sudah paham, lupa lagi, sudah mengerti, lagi2 lupa, hingga akhirnya benar2 mantap dan bisa mengerjakan 1 SOAL pitagoras pelajaran Matematika di Ujian Nasional.

Padahal soal Matematika itu puluhan jumlahnya, belum lagi pelajaran lain. Bayangkan betapa gigihnya si kecil belajar, menghadapi UN.

Maka, sungguh keji orang2 yang sebenarnya pintar (tapi malas), mudah sekali memilih NYONTEK. Intip sekilas, atau cuma dibilang a, b, c,d, langsung tulis jawaban. Keji sekali. Mereka lulus dengan mudah, enteng, nilai bagus, tapi orang lain harus mati2an hanya uintuk bisa menjawab 1 soal. Dan lebih keji lagi jika ada guru2, sekolah2, yang malah memberikan kesempatan NYONTEK berjamaah.

Mari lawan prilaku tidak jujur. Mulai dari kita sendiri, mulai dari hal kecil, mulai sekaranng. Tidak ada tapi, tapi, tapi.

*Fb Darwis Tere Liye*

Lebih keji lagi orang-orang yang hanya melihat hasil akhir tanpa menghargai proses. Hingga menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Baca ini jadi inget Ata ponakan saya. Mungkin secara IQ Ata tidak sepandai teman-temannya di kelas. Tapi semangat belajarnya jauh melebihi anak-anak seusianya yang saya kenal. Ata bersekolah di SD plus yang standarnya lebih tinggi dari SD Negeri biasa. Untuk itu Ata harus belajar lebih keras hanya untuk mencapai nilai sedikit di atas rata-rata. Bahkan Ata sendiri yang minta untuk ikut kumon agar bisa lebih 'pintar'. Namun ibu gurunya yang cantik tetap menganggap Ata tidak selevel dengan teman-teman sekelasnya. Dengan alasan, kalopun ada teman sekelas Ata yang nilainya lebih rendah, itu karena ia malas, bukan tidak bisa. Sementara Ata, biarpun sudah berusaha, tapi ia tetap tidak bisa.

Ata terlahir prematur dengan berat badan ± 2 kg. Sempat terlilit tali pusat saat di dalam kandungan, dan mengalami gagal napas saat lahir. Ata bayi harus dirawat ± 1 bulan di ruang ICU. Berjuang agar bisa bertahan hidup. Saat balita pun Ata sering keluar masuk rumah sakit karena staminanya yang lemah. Tepat usia 2 tahun Ata punya adik yaitu Awan. Mereka tumbuh bersama layaknya anak kembar. Tumbuh kembang Awan normal sesuai millestone. Sementara Ata harus berjuang agar tidak tertinggal.

Saat ini Ata duduk di kelas 2 SD, sementara Awan kelas 1. Sampai sekarang pun Ata masih terus berjuang mengejar pelajaran di sekolah. Ditambah pandangan merendahkan orang-orang di sekitar yang hanya melihat hasil akhir tanpa menghargai proses.

Ingin menangis rasanya. Bukan karena kemampuan Ata yang kurang di bidang akademis, tapi karena beban yang harus ditanggung di balik tubuh kecilnya. Entah apa yang ia rasakan jauh di dalam lubuk hatinya.

Sepertinya saya memang harus banyak belajar dari Ata. Untuk anak seusianya, Ata termasuk perhatian dan penyayang. Ia terbiasa mengalah, bahkan kadang-kadang cenderung kalah, pada kakak dan adiknya. Juga pada sepupunya yang lebih kecil, termasuk Arka anak saya. Memang sih, adakalanya Ata membalas. Masih wajar menurut saya, Ata juga harus belajar survived.

Untuk bisa memahami Ata dan semangatnya dalam berjuang, saya harus belajar untuk melihat lebih dekat. Mungkin bagi sebagian orang Ata terlihat lemah. Tapi bagi saya Ata sangat kuat. Rasanya perjuangan saya selama ini belum ada apa-apanya dibanding Ata. Beberapa kali saya harus jungkir balik dan berjuang untuk bisa bersyukur. Padahal secara fisik saya sehat dan kuat. Bahkan ketika sekolah saya tidak perlu jungkir balik belajar untuk mencapai nilai di atas rata-rata. Saya cenderung malas untuk belajar, terutama menghapal. Memang sih, hasilnya tidak excellent. Tapi paling tidak saya selalu sekolah di sekolah negeri favorit. Bahkan sekarang pun saya jadi pegawai negeri. Semuanya murni tanpa KKN.

Hidup memang tidak mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras. Kalo Ata yang sekecil itu terus berjuang dalam hidupnya, bahkan sejak dalam kandungan, apa masih pantas saya mengeluh ketika dihadapkan dalam kesulitan? 


1 komentar:

Nunuk R mengatakan...

dan saya baru membaca tulisan ini setelah sekian tahun di posting, auto termehek mehek dong, Ata memang istimewa