Seorang anak yang kemampuan memahaminya lambat (tapi jujur), untuk
memahami rumus pitagoras saja, dia butuh belajar bermalam2, berlatih soal
berpuluh2 banyaknya, dibantu guru, orang tua, lama sekali. Sudah paham, lupa
lagi, sudah mengerti, lagi2 lupa, hingga akhirnya benar2 mantap dan bisa
mengerjakan 1 SOAL pitagoras pelajaran Matematika di Ujian Nasional.
Padahal soal Matematika itu puluhan
jumlahnya, belum lagi pelajaran lain. Bayangkan betapa gigihnya si kecil belajar,
menghadapi UN.
Maka, sungguh keji orang2 yang sebenarnya
pintar (tapi malas), mudah sekali memilih NYONTEK. Intip sekilas, atau cuma
dibilang a, b, c,d, langsung tulis jawaban. Keji sekali. Mereka lulus dengan
mudah, enteng, nilai bagus, tapi orang lain harus mati2an hanya uintuk bisa
menjawab 1 soal. Dan lebih keji lagi jika ada guru2, sekolah2, yang malah
memberikan kesempatan NYONTEK berjamaah.
Mari lawan prilaku tidak jujur. Mulai dari
kita sendiri, mulai dari hal kecil, mulai sekaranng. Tidak ada tapi, tapi,
tapi.
*Fb Darwis Tere Liye*
Lebih keji lagi orang-orang yang hanya
melihat hasil akhir tanpa menghargai proses. Hingga menghalalkan segala cara
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Baca ini jadi inget Ata ponakan saya.
Mungkin secara IQ Ata tidak sepandai teman-temannya di kelas. Tapi semangat
belajarnya jauh melebihi anak-anak seusianya yang saya kenal. Ata bersekolah di
SD plus yang standarnya lebih tinggi dari SD Negeri biasa. Untuk itu Ata harus
belajar lebih keras hanya untuk mencapai nilai sedikit di atas rata-rata.
Bahkan Ata sendiri yang minta untuk ikut kumon agar bisa lebih 'pintar'. Namun
ibu gurunya yang cantik tetap menganggap Ata tidak selevel dengan teman-teman sekelasnya.
Dengan alasan, kalopun ada teman sekelas Ata yang nilainya lebih rendah, itu
karena ia malas, bukan tidak bisa. Sementara Ata, biarpun sudah berusaha, tapi
ia tetap tidak bisa.
Ata terlahir prematur dengan berat badan ±
2 kg. Sempat terlilit tali pusat saat di dalam kandungan, dan mengalami gagal
napas saat lahir. Ata bayi harus dirawat ± 1 bulan di ruang ICU. Berjuang agar
bisa bertahan hidup. Saat balita pun Ata sering keluar masuk rumah sakit karena
staminanya yang lemah. Tepat usia 2 tahun Ata punya adik yaitu Awan. Mereka
tumbuh bersama layaknya anak kembar. Tumbuh kembang Awan normal sesuai
millestone. Sementara Ata harus berjuang agar tidak tertinggal.
Saat ini Ata duduk di kelas 2 SD,
sementara Awan kelas 1. Sampai sekarang pun Ata masih terus berjuang mengejar
pelajaran di sekolah. Ditambah pandangan merendahkan orang-orang di sekitar
yang hanya melihat hasil akhir tanpa menghargai proses.
Ingin menangis rasanya. Bukan
karena kemampuan Ata yang kurang di bidang akademis, tapi karena beban yang
harus ditanggung di balik tubuh kecilnya. Entah apa yang ia rasakan jauh di
dalam lubuk hatinya.
Sepertinya saya memang harus banyak belajar
dari Ata. Untuk anak seusianya, Ata termasuk perhatian dan penyayang. Ia
terbiasa mengalah, bahkan kadang-kadang cenderung kalah, pada kakak dan
adiknya. Juga pada sepupunya yang lebih kecil, termasuk Arka anak saya. Memang
sih, adakalanya Ata membalas. Masih wajar menurut saya, Ata juga harus belajar
survived.
Untuk bisa memahami Ata dan semangatnya
dalam berjuang, saya harus belajar untuk melihat lebih dekat. Mungkin bagi sebagian
orang Ata terlihat lemah. Tapi bagi saya Ata sangat kuat. Rasanya perjuangan
saya selama ini belum ada apa-apanya dibanding Ata. Beberapa kali saya harus
jungkir balik dan berjuang untuk bisa bersyukur. Padahal secara fisik saya
sehat dan kuat. Bahkan ketika sekolah saya tidak perlu jungkir balik belajar untuk mencapai nilai di atas rata-rata. Saya cenderung malas untuk belajar, terutama menghapal. Memang sih, hasilnya tidak excellent. Tapi paling tidak saya selalu sekolah di sekolah negeri favorit. Bahkan sekarang pun saya jadi pegawai negeri. Semuanya murni tanpa KKN.
Hidup memang tidak mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras.
Kalo Ata yang sekecil itu terus berjuang dalam hidupnya, bahkan sejak dalam
kandungan, apa masih pantas saya mengeluh ketika dihadapkan dalam kesulitan?
1 komentar:
dan saya baru membaca tulisan ini setelah sekian tahun di posting, auto termehek mehek dong, Ata memang istimewa
Posting Komentar